Inflasi utama Indonesia pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,71% secara tahunan, sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 1,84%.
Bank Indonesia menjelaskan bahwa sinergi dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berperan penting dalam menjaga kestabilan harga pangan. Deflasi terjadi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) sebesar 0,11% secara bulanan, didorong oleh penurunan harga komoditas seperti cabai, kentang, dan ikan segar berkat periode panen yang masih berlangsung.
Inflasi inti, yang mengukur harga tanpa campur tangan pemerintah dan harga volatile food, tercatat naik ke 2,21% pada Oktober, dari 2,09% di bulan sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya harga emas perhiasan serta beberapa komoditas lainnya seperti nasi dengan lauk, dan kopi bubuk.
Selain itu, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga mencatat deflasi sebesar 0,25% secara bulanan, lebih dari bulan September. Penurunan ini disebabkan terutama oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan tarif angkutan udara.
Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan tetap terjaga dalam kisaran target 2,5±1% hingga 2025, bahkan dengan adanya beberapa prediksi kenaikan harga komoditas global yang dapat memengaruhi inflasi di masa mendatang. Pertemuan kebijakan moneter berikutnya dijadwalkan pada 19-20 November, di mana BI akan mempertimbangkan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut jika inflasi terus terkendali dan kondisi pasar global mendukung.
Source : https://www.reuters.com/markets/asia/indonesia-oct-inflation-eases-171-2024-11-01/
Riset and Development